Tentu kalian pernah mendengar kata
Perang Dunia, bukan? Apakah yang kalian bayangkan ketika mendengar kata
tersebut? Apakah seluruh penduduk saling bertempur dalam waktu yang bersamaan?
Tentu sangat mengerikan, bukan? Yang dimaksud Perang Dunia bukan karena seluruh
penduduk dunia bertempur, tetapi pengaruh atau akibat perang tersebut dirasakan
oleh seluruh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Pada awal PD II, Jepang
berhasil merebut daerah jajahan Sekutu termasuk Indonesia. Akibatnya Indonesia
dijajah oleh Jepang. Bagaimanakah kehidupan rakyat Indonesia saat dijajah
Jepang? Apakah kehidupan rakyat lebih baik atau semakin menderita?
Pada akhir
PD II Jepang mulai mengalami kekalahan dan memberi janji kemerdekaan kepada
rakyat Indonesia. Apa tujuan Jepang tersebut? Bagaimana bangsa Indonesia
menyikapinya? Agar lebih jelas pelajarilah materi berikut.
Situasi Eropa menjelang PD II tidak
jauh berbeda dengan situasi menjelang PD I. Suasana diliputi ketegangan dan
keinginan balas dendam, terutama negara-negara yang kalah perang. Mereka
dirugikan oleh perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh blok Sekutu. Pada umumnya
negara-negara yang terlibat perang mengalami kehancuran ekonomi. Untuk itu
mereka berusaha bangkit dengan cara yang diktator dan mengembangkan paham
ultranasionalisme. Dari paham ultranasionalisme tersebut lahir negara-negara
fasis. Negara-negara fasis yang muncul yaitu Jerman, Italia, dan Jepang.
a.
Fasisme di Jerman
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun Jerman kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun Jerman kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.
Berikut
ini beberapa tindakan yang dilakukan Hittler untuk mewujudkan kejayaan Jerman.
1) Menolak isi Perjanjian Versailes.
2) Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
1) Menolak isi Perjanjian Versailes.
2) Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
Seiring
dengan perkembangan yang dialaminya, Jerman mulai berani melakukan politik
ekspansi kembali. Jerman melaksanakan politik Lebensraum (ruang untuk hidup)
yaitu gagasan perluasan wilayah melalui perang. Misalnya dengan menduduki
Austria dan Cekoslovakia.
b
. Fasisme di Italia
Kalian tentu masih ingat bukan mengapa Italia pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.
Kalian tentu masih ingat bukan mengapa Italia pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.
c . Fasisme di Jepang
Munculnya fasisme Jepang tidak dapat
dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi Meiji, Jepang berkembang
menjadi negara industri yang kuat. Majunya industri tersebut membawa Jepang
menjadi negara imperialis. Jepang menjadi negara fasis dan menganut Hakko I
Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa
pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo.
Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan
beberapa hal berikut.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh
Jepang.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh
Jepang.
Berkembangnya
negara-negara fasis seperti Italia, Jerman, dan Jepang membuat situasi politik
di kawasan Eropa semakin menghangat, dan diwarnai dengan ketegangan yang
mendorong terjadinya Perang Dunia II.
Hal-hal
yang melatarbelakangi terjadinya Perang Dunia II dapat digolongkan menjadi
sebab umum dan sebab khusus.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.
1) Pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan perdamaian dunia.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.
1) Pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan perdamaian dunia.
b . Sebab Khusus ( casus bally
bally)
Sebab khusus Perang Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Berikut ini sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
Sebab khusus Perang Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Berikut ini sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
1) Di kawasan Asia Pasifik,
penyerbuan Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour tanggal 7 Desember 1941.
2) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman.
2) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman.

Negara-negara
yang terlibat dalam Perang Dunia II juga tidak jauh berbeda dengan Perang Dunia
I. Perang Dunia II dapat dikatakan merupakan ajang balas dendam bagi
negara-negara yang kalah dalam PD I. Negara-negara yang terlibat terbagi dalam
blok Sentral dan blok Sekutu. Berikut ini negara-negara yang terlibat dalam PD
II.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.
Secara
umum PD II dibagi dalam 3 tahapan berikut.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik serangan kilat.
b. Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif (bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik serangan kilat.
b. Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif (bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
Untuk
memahami jalannya Perang Dunia II, simaklah penjelasan berikut. Lihat tabel
2.1.
Tabel 2.1 Pertempuran dalam Perang
Dunia II
Pada awalnya Amerika Serikat
bersikap netral. Akan tetapi setelah terjadi peristiwa Pearl Harbour tanggal 7
Desember 1941, AS menyatakan perang kepada Jepang. Sekutu membentuk komando
gabungan yang dipimpin Jenderal Dwight Eisenhower. Pada tanggal 6 Juni 1944
terjadi pertempuran antara Sekutu dan Jerman di Normandia. Jerman dapat dipukul
mundur. Sementara itu, wilayah Asia Pasifk membentuk pertempuran sendiri.
Jepang berhasil menguasai Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Birma.
Bahkan pada tanggal 27 Februari 1942 pertahanan Sukutu di Jawa dapat direbut
Jepang. Peta kekuatan mengalami perubahan setelah terjadi pertempuran di Laut
Karang. Pasukan Sekutu yang dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur dengan
Laksamana Chester W. Nimit menyerbu Jepang sampai Pulau Okinawa.
4. Akhir Perang
Pada bulan Mei 1942, suatu serangan
terhadap Australia terhenti dalam pertempuran di Laut Koral. Serangan serupa
terhadap Hawai terhenti di Midway pada bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942
pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan bulan
Februari 1943 pihak Jepang telah dipukul mundur. Pada bulan Februari 1944
pasukan Amerika Serikat berhasil mengusir Jepang dari Kwayalein, di Kepulauan
Marshall, dan Saipan di Kepulauan Mariana. Pada tanggal 6 Agustus 1945 Sekutu
menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus
1945. Akhirnya Jepang menyerah dan menandatangai perjanjian di atas kapal USS
Missouri tanggal 2 September 1945 di Teluk Tokyo.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada Sekutu pada bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa faktor penyebab kekalahan Blok Sentral terhadap Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada Sekutu pada bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa faktor penyebab kekalahan Blok Sentral terhadap Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Berakhirnya
Perang Dunia II juga ditandai dengan penandatanganan berbagai macam perjanjian.
Berikut ini beberapa perjanjian yang mengakhiri PD II. Lihat tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perjanjian-Perjanjian yang
Mengakhiri Perang Dunia II
4. Dampak atau Akibat Perang Dunia II
Perang
Dunia II memberikan dampak yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut
ini dampak PD II dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan kerohanian. Lihat
tabel 2.3.
Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II
Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II
Terjadinya PD II secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi
Belanda Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah
oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai
kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan untuk memperkuat kekuatan militer.
Selain itu untuk ikut mendukung kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang
Dunia II juga berpengaruh bagi Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah
Jepang kalah menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam
keadaan “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan). Jepang sudah menyerah berarti
tidak mempunyai hak memerintah Indonesia, sementara Sekutu, saat itu belum
datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaan.
B. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
Masa
pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah bangsa
Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan
Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Jepang
menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi
pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi militer Jepang cepat merambah ke
kawasan Asia Tenggara. Pada bulan Januari-Februari 1942, Jepang menduduki
Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda.
Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Untuk menghadapi
Jepang, Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM
(American British Dutch Australian Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir
Archibald Wavell dan berpusat di Bandung. Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang
berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan di
Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ke tangan
Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada
Jepang.
Upacara penyerahan kekuasaan
dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Dalam
upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh
dan Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura.
Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.
Kebijakan
Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal,
yaitu:
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Politik
imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam
dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan
berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui
janji-janji maupun kekerasan.
Masa
pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Pada penjajahan
Belanda pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang
dipimpin oleh militer. Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi
dalam tiga
wilayah kekuasaan militer.
wilayah kekuasaan militer.
1. Wilayah
I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas dengan
pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
1. Bidang Politik
Pada masa
awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang menarik. Sikap Jepang pada
awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya:
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kebijakan
Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah semua
kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada
dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru.
Tentunya untuk kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang
didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai.
a.
Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
b
. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Bagi para pemimpin Indonesia, Putera
bertujuan untuk membangun dan menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh
imperialis Belanda. Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan
segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu
usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
c
. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
Pada awal
pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia mengalami kelumpuhan obyek-obyek vital
seperti pertambangan dan industri dibumihanguskan oleh Sekutu. Untuk
menormalisasi keadaan, Jepang banyak melakukan kegiatan produksi. Semua
kegiatan ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang. Misalnya dengan
membangun pabrik senjata dan mewajibkan rakyat menanam pohon jarak. Oleh karena
itu Jepang menerapkan sistem autarki. Sistem autarki adalah tiap-tiap daerah
diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk membangun fasilitas
perang, Jepang memerlukan banyak tenaga kasar. Tenaga kasar yang digunakan
untuk kerja paksa dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat mengenaskan. Mereka
hidup menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang terjadi kematian. Selain
dengan romusha, Jepang juga mengeksploitasi sumber daya alam terutama batu bara
dan minyak bumi.
Pada masa
Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi romusha. Mereka dipaksa
bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan. Akibatnya banyak romusha yang
meninggal dan terjangkit wabah penyakit. Karena kemelaratan yang dialami para
romusha tersebut, muncul golongan baru yang disebut golongan kere atau gembel.
Jepang
juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial
pada masa pendudukan Jepang terdiri dari:
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
Dalam
rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang melakukan mobilisasi
para pemuda untuk dibina dalam latihan militer. Oleh karena itu Jepang
membentuk organisasiorganisasi semimiliter dan organisasi militer. Lihat tabel
2.4
Tabel 2.4 Organisasi-Organisasi
Semimiliter dan Organisasi Militer Bentukan Jepang
5. Bidang Budaya
Pada masa
pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan dalam komunikasi.
Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh digunakan. Papan nama dalam toko, rumah
makan, atau perusahaan yang berbahasa Belanda diganti dengan bahasa Indonesia
atau bahasa Jepang. Surat kabar dan film yang berbahasa Belanda dilarang
beredar.
Dalam
menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang memiliki strategi yang tidak sama.
Ada dua macam golongan yaitu golongan kooperatif dan nonkooperatif. Golongan
kooperatif bersedia kerja sama dengan Jepang. Mereka duduk dalam organisasi
bentukan Jepang. Sedang golongan nonkooperatif adalah golongan yang tidak mau
bekerja sama dengan Jepang, mereka membentuk organisasi bawah tanah. Berikut
ini kelompok bawah tanah pada masa Jepang, lihat tabel 2.5
Tabel 2.5 Kelompok Bawah Tanah pada
Masa Pendudukan Jepang
Perjuangan yang bersifat kooperatif
dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Mereka bersedia bekerja sama dengan
Jepang. Perjuangan yang kooperatif dilakukan dengan bergabung dalam
organisasi-organisasi bentukan Jepang misalnya dalam Putera, Jawa Hokokai, Gerakan
Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di samping itu juga duduk dalam badan-badan
pemerintahan Jepang.
E. Perlawanan terhadap Jepang
Pada masa
pendudukan Jepang, kehidupan rakyat sangat menderita. Hal ini disebabkan rakyat
dipaksa menjadi romusha dan dibebani kewajiban menyerahkan hasil panennya.
Penderitaan yang dialami rakyat menyebabkan munculnya rasa benci terhadap
Jepang. Kebencian itu diperparah dengan kewajiban untuk melakukan Seikerei ke
arah Tokyo yang tidak dapat diterima. Akibatnya terjadi perlawanan rakyat
Indonesia terhadap kekejaman tentara Jepang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
2.6 berikut.
Tabel 2.6 Perlawanan-Perlawanan yang
Muncul terhadap Jepang
Perlawanan rakyat yang terjadi di
berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia
bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang. Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan,
dan kemudian dipertahankan oleh bangsa Indonesia sendiri.
F. Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan Jepang
Pendudukan
Jepang telah mengakibatkan berbagai perubahan pada masyarakat pedesaan
Indonesia, khususnya Jawa. kebijakan-kebijakan Jepang mengakibatkan terjadinya
berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa perubahan
yang
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
Dalam
bidang pemerintah terjadi perubahan dari pemerintahan sipil ke pemerintahan
militer, jabatan Gubernur Jenderal diganti dengan Panglima Tentara Jepang.
Untuk memperlancar proses eksploitasi di pedesaan dan mengontrol rakyat, Jepang
membentuk tonarigumi (Rukun Tetangga). Tujuannya adalah untuk meningkatkan
pengawasan terhadap penduduk.
Akibat
dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi lembaga politik tradisional memudar.
Pada masa
Jepang, juga diberlakukan politik penyerahan padi secara paksa. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi para tentara. Akibat penyerahan
padi itu antara lain angka kematian meningkat, tingkat kesehatan masyarakat
menurun, kelangkaan bahan pangan, dan kesejahteraan sosial sangat buruk.
Mobilitas sosial masyarakat cukup tinggi. Golongan pemuda, pelajar, dan tokoh
masyarakat mengalami peningkatan status sosial. Hal ini disebabkan mereka
bergabung dalam organisasi bentukan Jepang. Selain itu juga duduk dalam
pemerintahan.
Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk
yang sangat banyak. Melihat hal tersebut, Jepang memanfaatkannya sebagai tenaga
kerja. Masyarakat pedesaan dipaksa menjadi romusha. Para romusha harus membuat
pabrik senjata, benteng pertahanan, dan jalan. Mereka
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar