28 November 2012

Positivisme dan Antipositivisme

Pendapat Auguste Comte abad ke 19 ,“Positivisme adalah cara pandang  dalam memahami dunia dengan berdasarkan  sains atau ilmiah.”Jenjang positivisme, jenjang di mana gejala alam dan social berdasarkan hukum lmiah. Sehubung dengan pandangan ini maka dia dikenal pula sebagai tokoh positivisme. Salah satu sumbangan Comte yang terpenting tentang hukum 3 jenjang.
Dalam  kerangka pandang positivisme, Comte berpendapat bahwa sosiologi harus bersifat ilmiah, di mana para sosiolog harus menggunakan metode observasi yang sistematik, eksperimen dan analisi yang bersifat historis komparatif. Ide lainnya yang sangat terkenal adalah ide tentang pembagian kajian masayarakat ke dalam ‘social static’ dan ‘social dynamic’. Social statik kepada aspek-aspek sosal yang harus selaras dengan tatanan dan stabilitas social yang memungkinkan masyarakat berada dalam kebersamaan. Missal acara-acara adat istiadat yang memungkinkan masyarakat berada dalam kebersamaan.
Sementara social dinamik merujuk kepada aspek-aspek kehidupan social yang sejalan dengan perubahan social dan membentuk pola-pola perkembangan kelembagaan. Contoh adalah tentang bagaimana pengaruh masuknya listrik pada suatu desa terhadap dan gaya hidup warga desa tersebut.

Auguste Comte (1798-1857). Adalah seorang filsuf dari Prancis yang sering kali disebut sebagai peletak dasar ilmu Sosiologi. Dan dia pula-lah yang memperkenalkan nama ‘Sociology’.
Karl Marx menolak positivisme Cemte tetepi bertujuan untuk membangun ilmu masyarakat yang didasarkan pada materialism sejarah, pada pergantian abad 20, gelombang pertama sosiolo Jerman, termasuk Max Weber dan Georg Simmel, yang dikembangkan Anti Positivisme sosiologis. Lapangan dapat secara luas diakui sebagai campuran dari tiga mode pemikiran social khususnya Positivisme Durkheiman dan fungsionalisme structural; materialism historis Marxis dan teori konflik; Anti positivisme Weberian dan analisis Verstehen.
Antipositivisme adalah sudut pandang dalam bidang sosiologi di mana ilmu social membutuhkan ilmu ilmiah yang berbeda dengan metode yang umum digunakan dalam bidang ilmu alam.
Antipositivisme mulai berkembang sjak abad ke-19, di mana positivisme dan naturalism mulai dipertanyakan oleh para peneliti sepeti Wilhelm Dilthey dan Heinrich Rickert, yang berpendapat bahwa dunia kemasyarakatan berbeda dengan dunai fisik alam, di mana masyarakat memiliki aspek yang unik, seperti makna, simbol, norma, nilai-nilai yang kesemuanya dapat dikelompokkan menjadi budaya. Kemudia dikembangkan oleh Max Weber, yang mengenal istilah Soiologi Humanistik. Menurut cara pandang Weber, penelitian social harus menggunakan metode dan alat bantu yang khusus, dan menitikberatkan pada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Hal ini mengakibatkan kontroversi tentang bagaimana membedakan antara peneltian subjektif dan obyektif.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar